URGENSI HARI RAYA SEBAGAI UPAYA MENGFITRIKAN DIRI





Dalam kaidah agama Islam sering kita ucapkan dan kita dengarkan dalam sebuah hadits al insanu mahallul khata’ wannisyan (manusia tempatnya salah dan lupa). Dari dalil ini manusia tidak ada yang maksum (terjaga dari dosa) kecuali para nabi dan Rasul. Hal ini karena mereka adalah manusia yang mulia dan sudah mendapat kedudukan istimewa daripada manusia yang lain.

Manusia sebagai makhluk sosial pasti bersinggungan dengan lingkungannya selama manusia hidup di dunia ini. Dalam interaksi ini pasti mengalami kesalahan dengan orang lain walau kadarnya yang berbeda. Sehingga perlu adanya upaya untuk saling maaf memaafkan.


Kini kita dengan rasa suka cita dan senang karena kita menyambut hari kemenangan disamping itu kita juga bercampur sedih dan dengan linangan air mata bahagia kita di tinggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfiroh dan Rahmat Allah SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita dapatkan. Kini bulan Ramadhan telah berlalu. Akan tetapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan makna  puasa Ramadhan, sehingga 1 Syawal harus menjadi Imtidad lanjutan Ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab Kata Syawal itu sendiri artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita. 
Dalam tradisi yang ada di Indonesia, dengan adanya momen 1 syawal ini kita dihadapkan pada sebuah upaya untuk membersihkan noda-noda kesalahan selama ini terutama adalah berkaitan dengan “haqqul adami”. Saling maaf memaafkan dan saling bersilaturrahmi dari rumah kerumah yang tentunya tidak didapatkan di belahan dunia lain selain di Indonesia. Walaupun pada hakikatnya meminta maaf itu tidak hanya danjurkan pada bulan syawal saja bahkan setiap hari pun kita juga dianjurkan untuk meminta maaf kepada orang lain yang pernah berjibaku dan pernah berhubungan dengan kita.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah) .
Dalil inilah kemudian memberikan makna jelas kepada kita bahwa permintaan maaf dalam jejaring media sosial, tidak semaksimal dan tidak se gembira ketika kita bisa berinteraksi secara langsung dan berjabat tangan dengan orang lain. Karena dengan berjabat tangan (bertemu langsung) ini ada kedekatan emosional dan kedekatan interpersonal yang menyebabkan makin akrabnya hubungan antar individu, berbeda jauh dengan ketika kita hanya melalui media sosial karena secara fisik tidak bisa melakukan kontak secara langsung.
Selain itu makna dari idul fitri bukan hanya sebuah rutinitas baju dan semua perabot rumah yang baru belaka, tapi momen idul fitri sebagai sebuah sarana endekatkan diri kita kepada Sang Khaliq sebagai sebuah media meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
ليس عيد لمن لبس الجديد, بل عيد لمن تقواه يزيد
“Bukanlah hari raya itu untuk orang yang berpakain baru, tetapi sebenarnya hari raya itu  untuk orang yang bertambah ketaqwaannya”.
Semoga dengan adanya momentum 1 syawal ini, kian menambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan kembali fitri lagi karena telah di godok dalam nuansa romadlan sebulan lamanya. 

Selamat Hari raya idul fitri 1438 H.
من العاءدين والفاءزين

@rif


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELANTIKAN RANTING KALIDAWIR KECAMATAN KALIDAWIR

Sejarah Berdirinya Gerakan Pemuda Ansor

RIJALUL ANSOR PAC GP ANSOR KALIDAWIR